Dewan PBB bahkan menyebutkan kondisi warga yang tinggal di Gaza makin hari kian memprihatinkan. Hal ini terutama terjadi dalam kurun waktu pemerintahan Hamas dan blokade yang dilakukan oleh Mesir dan Israel.
PesanDunia - Pertikaian panjang antara
Israel dan Palestina seakan tak pernah usai. Salah satu wilayah yang mengalami
dampak terparah adalah Jalur Gaza. Kawasan Palestina yang sangat sempit ini
sejak lama telah menjadi ajang peperangan terbuka antara kedua belah pihak.
Palestina terdiri atas dua wilayah, yaitu Tepi Barat yang lebih dekat ke arah
Israel, dan Jalur Gaza.
Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan menyebutkan kondisi warga yang tinggal di Gaza makin hari kian memprihatinkan. Hal ini terutama terjadi dalam kurun waktu pemerintahan Hamas dan blokade yang dilakukan oleh Mesir dan Israel. Dikutip oleh Fox News, Rabu (12/7), pada tahun 2012 yang lalu PBB telah menyatakan bahwa kemungkinan besar Gaza tidak akan dapat ditinggali lagi di tahun 2020. Hal ini mengacu pada semakin memburuknya kondisi Gaza dari waktu ke waktu.
Seperti diketahui,
pasukan Hamas merebut Gaza dari pasukan yang loyal kepada presiden Palestina,
Mahmoud Abbas, dalam pemilu yang dilakukan tahun 2007 yang lalu. Sejak itu,
Israel dan Mesir memblokade wilayah tersebut dengan tujuan untuk menghalangi
gerakan pasukan Hamaz dan mencegah mereka mendapatkan pasokan senjata. Hal ini
secara otomatis telah mengakibatkan akses menuju ke sana sangat terbatas.
Penumpukan militer di
Gaza baik oleh pasukan Hamas maupun kelompok-kelompok militan lainnya telah
membawa dampak buruk pada wilayah ini secara terus menerus. Tak hanya
konsentrasi kelompok bersenjata yang
terus bertambah, dilaporkan juga bahwa telah dilakukan penumpukan roket dan persenjataan
lainnya. Tak hanya itu, beberapa sumber lain mengatakan bahwa telah dibangun
sebuah terowongan rahasia yang digunakan para tentara Hamas untuk melakukan
penculikan dan serangan teror di wilayah Israel. Meski demikian, tidak ada
tanggapan resmi dari Hamas terkait hal ini.
Penderitaan warga Gaza
tak berhenti sampai di situ. Sejak diblokade, pasokan makanan hingga air bersih
dan listrik pun semakin menipis. Tak heran, warga kerap dicekam rasa takut dan
cemas yang mengkhawatirkan. Anak-anak tumbuh dalam kenangan buruk dan ketakutan
yang mendalam. Sebagian besar warga yang tersisa pun kebanyakan tidak produktif
alias tak memiliki pekerjaan.
Tak hanya Gaza yang
mencekam, saat ini muncul ketegangan baru antara Israel dengan Palestina
terkait keputusan UNESCO yang menetapkan kota tua Hebron, Tepi Barat, sebagai
situs Warisan Dunia milik Palestina. Pihak Israel menilai keputusan ini sangat
tidak masuk akal dan melukai warganya. Dilansir oleh Al Araby, Sabtu (8/7/2017), PM Israel, Benyamin Netanyahu, menyebut
keputusan tersebut sebagai sesuatu hal yang sangat tidak rasional mengingat
hubungan yang mendalam antara Yahudi dan kota tua Hebron.
Baik Yahudi maupun
kelompok Muslim memiliki sejarah panjang terkait kota tua ini. Hebron diyakini
sebagai tempat pemakaman tradisional nenek moyang dan matriark Alkitab orang
Yahudi. Sedangkan umat Islam menyebutnya dengan Masjid Ibrahim.
Di lain pihak, Palestina
menyambut baik keputusan ini dan menyatakan hal ini sebagai perkembangan yang
sangat baik, karena menekankan bahwa Hebron dan Masjid Ibrahim memang secara
historis memiliki keterkaitan yang erat di kalangan masyarakat Palestina.
Demikian dikatakan oleh Menteri Pariwisata Palestina, Rula Maayah.
Sementara itu, dua orang
warga Palestina dilaporkan tewas tertembak oleh militer Israel dalam sebuah
patroli yang digelar di kamp pengungsian di Tepi Barat yang mereka duduki.
Tempat itu dihuni oleh ratusan warga sipil.
Pihak Palestina
mengatakan korban tewas masing-masing berusia 21 dan 16 tahun. Selain itu,
masih ada seorang korban yang terluka di bagian kaki. Seorang saksi mata yang
tinggal di kamp pengungsian tersebut mengatakan, tidak ada serangan bersenjata
yang mereka lakukan. Yang ada adalah insiden pelemparan batu kepada militer
Israel yang sedang berpatroli. Dikabarkan, kedua korban membuntuti mobil jip
militer Israel dan melemparkan batu ke arahnya. Hal tersebut langsung disikapi
dengan serentetan tembakan yang menewaskan keduanya.
Insiden yang terjadi
menjelang subuh itu, semakin memperpanjang daftar korban dari rakyat sipil yang
seharusnya terlindung di tempat pengungsian. Meski demikian, pihak Israel
menyanggah telah menyerang warga sipil dan mengatakan bahwa tentara merekalah
yang diserang. Tentara Israel mengklaim tembakan tersebut adalah upaya untuk
membela diri. Mereka juga menyatakan bahwa tidak ada korban jiwa di pihak
Israel.
Dalam pernyataan resminya, militer Israel menyatakan bahwa selama operasi yang dilakukan oleh IDF (Pasukan Pertahanan Israel), di kamp-kamp pengungsian, telah sering terjadi insiden penyerangan yang diarahkan kepada mereka. Orang-orang bersenjata Palestina menembaki tentara militer Israel dan tak jarang melempari mereka dengan alat peledak. Seperti dilansir oleh Reuters, Rabu (12/7/2017), pihak Israel menekankan bahwa tindakan yang dilakukan tentara mereka adalah murni untuk menanggapi serangan musuh.
Dalam pernyataan resminya, militer Israel menyatakan bahwa selama operasi yang dilakukan oleh IDF (Pasukan Pertahanan Israel), di kamp-kamp pengungsian, telah sering terjadi insiden penyerangan yang diarahkan kepada mereka. Orang-orang bersenjata Palestina menembaki tentara militer Israel dan tak jarang melempari mereka dengan alat peledak. Seperti dilansir oleh Reuters, Rabu (12/7/2017), pihak Israel menekankan bahwa tindakan yang dilakukan tentara mereka adalah murni untuk menanggapi serangan musuh.
Sumber gambar :
socialistunity.com
independent.co.uk
un.org
COMMENTS