Pada tanggal 8 mei 2018 lalu di jakarta, JNE menggelar acara diskusi untuk jurnalis media massa dan blogger, yang bekerja sama dengan harian bisnis Indonesia. Dalam acara ini mereka mengambil topik pilihan yang sedang menjadi tren di masyarakat khususnya berbagai hal tentang industri pengiriman ekspres dan logistik.
Pada tanggal
8 mei 2018 lalu di jakarta, JNE menggelar acara diskusi untuk jurnalis media massa dan blogger, yang
bekerja sama dengan harian bisnis Indonesia. Dalam acara ini mereka mengambil
topik pilihan yang sedang menjadi tren di masyarakat khususnya berbagai hal
tentang industri pengiriman ekspres dan logistik.
Rencananya
acara diskusi yang digelar oleh JNE ini akan dilakukan secara berkala pada delapan
kota di Indonesia dalam program Explore JNE 2018 : JNE Kumpul Bareng Kawan Pers
Nasional (JNE Keren).
Sebelum saya membahas terlalu jauh tentang acara tersebut, ayo kita simak sejarah JNE di Indonesia terlebih dahulu.
JNE (Jalur
Nugraha Ekakurir) berdiri pada tahun 1990 sebagai perusahaan yang memfokuskan
pada jasa pengiriman barang dan pendistribusian. Selain dalam bidang pengiriman
barang, JNE juga memperluas bidang usahanya pada jasa pengiriman makanan khas
(PESONA), jasa kepabean, penjemputan di bandara dan pengiriman uang atau money remittance.
Pada akhir
tahun 2012, JNE membagi divisi logistik menjadi tersendiri dan terpisah dari
unit kurir pengiriman. Pada tahun 2013, mereka siap memperluas di bidang
logistik dengan berfokus pada layanan yang mencangkup pergudangan, cargo,
pengiriman jalur darat, air, dan udara.
Pada tahun
2015 karena perkembangan e-commerce yang tinggi, JNE mulai melakukan
pengembangan aplikasi berbasis mobile. Serta membangun 250 kantor operasional
dan juga memperluas jaringan hingga lebih dari 6000 otlet di seluruh Indonesia.
Acara yang
digelar di Mercantile Athletic World Trade Center Lt.18 Jl Jendral Sudirman
Jakarta. Dalam acara tersebut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hadir
sebagai pembicara utama. Selain itu juga Dihadiri oleh Chairman Supply Chain
Indonesia Setijadi, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik Rico Rustombi, Wakil
Ketua Umum Asperindo Budi Paryanto, Kepala Badan Pengelola Transportasi
Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono, dan Presiden Direktur JNE M. Feriadi.
M. Feriadi mengatakan “Acara diskusi dengan pihak yang berkepentingan harus terus terlaksana. Tujuannya sebagai wadah yang dapat menghasilkan solusi dari berbagai tantangan yang ada didalam bidang industri pengiriman barang ekspres dan logistik”.
JNE yang
telah berdiri selama lebih dari 27 tahun harus mengemban amanah pengiriman
paket seluruh pelanggan setianya. JNE juga harus berperan aktif
menyelenggarakan acara maupun program untuk mendukung industri ini agar terus
berjalan. Imbuhnya dalam acara tersebut.
Tema pada
acara ini adalah Dampak Tiga Kebijakan
Penanganan Macet Pada Tol Jakarta-Cikampek Perspektif Regulator dan Pengusaha.
Topik pilihan ini dipakai karena tiga kebijakan penanganan macet di Jabodetabek
sudah mulai diterapkan pada tol Jakarta-Cikampek.
Tiga
kebijakan tersebut antara lain yang pertama, penerapan Ganjil-Genap nomor
kendaraan di gerbang tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur. Kedua, pembatasan jam
operational angkutan barang. Ketiga, jalur khusus angkutan umum.
Setelah tiga
pekan, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah merilis tingkat
keberhasilan kebijakan penanganan macet tersebut. Hasilnya adalah VC ratio atau
alat pengukur volume dan kapasitas kendaraan yang melintas. Menghitung volume
kendaraan yang semula 1,05 menurun menjadi 0,48 selama kebijakan itu
dilaksanakan.
Jadi apa masalahnya?
Kebijakan
Ganjil-Genap nomor kendaraan dan pembatasan operasional angkutan memperlambat pengiriman barang. Kebijakan itu jelas mempengaruhi kepada
perusahaan pengiriman ekspres yang hanya mempunyai satu kendaraan
transportasi, ganjil atau genap saja.
Dan juga
nasib kiriman barang yang sifatnya penting. yang seharusnya diperhitungkan
sampai ke tempat tujuan dalam beberapa jam, sekarang bakal sulit diprediksi
lagi.
Pada era
digital saat ini perusahaan jasa pengiriman ekspres dituntut untuk lebih cepat
dalam mendistribusikan paketnya. Dengan meningkatkan performa dalam hal waktu
pengiriman, maka bisa berdampak besar untuk mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi. Hal tersebut terjadi karena banyaknya aktifitas bisnis yang bergantung
pada proses distribusi yang dijalankan untuk pelanggan perusahaan sampai dengan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
COMMENTS